• Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan

    Seorang ulama yang meninggal tahun 1142 Najmuddin Abu Hafs Umar bin Muhammad An Nasafi, dalam bukunya Aqidah Nasafiyah menyebutkan, sumber ilmu ada tiga, yaitu panca indera, akal yang sehat dan informasi yang benar ( khabar shadiq ).

    Kita dan peradaban lain, barat dan timur, kita tahu kebenaran, berdasarkan panca indera, empirisisme, rasionalisme, akal yang sehat. Tapi dalam pandangan Islam,ada sesuatu yang berbeda dari pandangan filsafat yang ada, yaitu informasi yang benar. Kita tahu itu benar, karena ada informasi yang benar.

    Apakah kiamat ada ? Kalau dari pandangan panca indera, belum ada yang bisa membuktikkan, karena belum terjadi. Kalau dari akal, bisa ada bisa tidak, statusnya mungkin. Tapi bagi seorang Muslim, kiamat itu adalah pasti terjadi, di dalam Al-Qur’an disebutkan, bahkan dalam surat Al-Qiyamah, Al-Qori’ah, Al-Waqiah, Al-Haqqah, itu semua menunjukkan Al-Haqqah pasti kiamat terjadi. Jadi darimana kita tahu kiamat ada ? bukan dari panca indera, bukan saja dari akal, tapi Allah memberikan kepada kita Al-Qur’an, Rasulullah SAW mewariskan kepada kita hadits, kita yakin seyakin yakinnya dari Al-Qur’an dan hadits kiamat itu ada, dan itu adalah dari  informasi yang benar.

    Kehidupan setelah kematian, mukjizat, Rasulullah SAW adalah seorang nabi, dan banyak lainnya, kita makan dengan tangan kanan, lebih baik makan dengan tidak berdiri, itu semua kita ketahui dari informasi yang benar. Sementara jika itu ditanyakan pada panca indera dan akal, mungkin itu bukan sebuah persoalan. Tapi bagi seorang muslim, dia harus meyakini karena itu adalah bagian dari akidah dia. Kiamat, kehidupan setelah mati dlsb, dan karena itu informasi yang benar yang menjadi sumber pengetahuan, bukan hanya terbatas dari panca indera dan akal yang sehat.

    #30DWC
    #30DWCJilid34
    #Day19

    referensi :

  • Soal Matematika dari JDrama dan Solusinya

    Soal ini didapat dari JDrama yang berjudul How to Eliminate My Teacher

    Berikut adalah pembahasan dari soal tersebut.

    Dengan mengoperasikan perkalian pada soal tersebut, maka akan menghasilkan :

    Dari hasil operasi perkalian sebelumnya, persamaan dapat ditulis sebagai berikut :

    Dengan menggunakan integral substitusi, didapat :

    Supaya cara dari soal ini dapat benar-benar selesai, kita perlu mengubah

    sehingga berlaku untuk :

    dan

    dan dengan menggunakan turunan, didapat :

    Sehingga :

    Perlu diberitahukan bahwa :

    Sehingga :

    Perlu diberitahukan bahwa :

    Sehingga :

    Jadi :

    Saya sengaja menulis soal matematika di blog ini untuk lebih menambah variasi topik pada blog ini, ini salah satunya, penulisan menggunakan persamaan matematika

    #30DWC
    #30DWCJilid34
    #Day18

    referensi :

    https://www.rumusstatistik.com/2016/12/membuat-rumus-matematika-dengan-latex.html

    https://www.kimiamath.com/post/mengelola-blog-matematika#Operator

  • Istri Nabi itu Tua-tua dan Janda ?

    Terima kasih banyak atas pertanyaannya.

    Saya fikir masalah ini sudah selesai di Ummat, ternyata belum selesai. Yaitu pertanyaan dan saya mengoreksi pertanyaan, karena ini masih dipahami salah oleh ummat ini. Kesalahan ini bukan kesalahan antum dan ummat ini, yang salah ustadz ustadzahnya. Karena ustadz ustadzahnya menyampaikan secara emosional.

    Siapa yang bilang Istri nabi itu tua tua? tidak ada yang tua istri Nabi itu. Kalau janda benar. Istri Nabi yang gadis hanya Aisyah R.A. Istri Nabi tidak ada yang tua, kecuali Saudah R.A. Ada yang menyebutkan dinikahi umur 55 tahun, sisanya paling yang tua itu Ummu Salamah. Ummu Salamah itu belum 30 tahun. Sisanya 18 tahun, 20 tahun dll. Memang sudah janda.

    Saya menyampaikan ke ustadz ustadzah kalau menyampaikan ini jangan pakai emosi. Pakai ilmu. Kalau memang betul yang disampaikan istri Nabi tua-tua, tunjukkan literaturnya. Istri Nabi muda-muda.

    Bahkan, kalau babnya cantik, ada tulisan luar biasa menarik, ditunjukkan literaturnya. Setelah khadijah, dari 10 Istri Nabi itu, paling ada 3 yang tidak kesebut cantik, tapi juga tidak jaminan tidak cantik. Jadi Istri Nabi itu cantik-cantik.

    Artinya kalau babnya hanya apakah boleh atau tidak, itu sah. Kemudian ada yang bilang kayak begini, tapi kan bapak-bapak nikah pakai syahwat. Loh justru betul kalau nikah itu pakai syahwat.

    Justru ketika membahas pernikahan menggunakan syahwat, syahwat itu sendiri tugas tersendiri. Kalau syahwat dengan istri pertama tidak selesai, maka harus lebih, kalau tidak berbahaya. Bagaimana kalau terjatuh dalam zina? Betul kan?

    Para ustadz ustadzah mohon jangan emosional kalau menyampaikan ini.

    Memang ini masalah syahwat salah satunya. Istri Nabi itu cantik-cantik. Istri Nabi itu muda-muda.

    Itu di literatur Islam tercatat mengenai ini. Dalam pernikahan Nabi, tidak semuanya berbicara tentang dakwah. Tema cinta dalam pernikahan Nabi itu luar biasa Indahnya. Ada bab cinta.

    Dan ketika ada isu Rasul mau menikah dengan Ummu Salamah, yang repot Aisyah R.A. Aisyah tidak kenal Ummu Salamah sebelumnya. Aisyah cari sendiri beritanya. Dan ternyata Ummu Salamah lebih dari yang mereka gambarkan. Memang luar biasa orangnya.

    #30DWC
    #30DWCJilid34
    #Day17

  • Bacalah Sejarahmu Agar Tak Sekedar Jadi Penonton

    Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

    لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

    Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (para Nabi dan umat mereka) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (sehat). Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS. Yusuf; 111)

    “Mempelajari sejarah merupakan ilmu yang agung. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau mengambil sejarah perjalanan orang-orang terdahulu, mengambil pelajaran bagaimana runtuh dan bangkitnya peradaban bangsa-bangsa terahulu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak lupa dengan sejarahnya sendiri. Sejarah merupakan cara suatu bangsa bangkit dari keterpurukan. Sejarah bukan untuk sekedar untuk ratapan atau kebanggaan semata, jika demikian maka bangsa tersebut bukanlah bangsa yang utuh..”

    Selalu saja ada yang mengusik dan terusik setiap kali perjalanan negeri ini masuk di penghujung bulan sebtember. Bulan yang menyimpan banyak misteri, kisah perjalanan negeri ini pasca di deklarasikan kemerdekanan NKRI. Peristiwa yang kita kenal dengan G30S/PKI atau penghianatan PKI pada negeri yang kita cintai. Rentetan sejarah “kelam” yang mengiringi perjalanan negeri ini. Terlepas dari banyaknya kisah yang simpang-siur antara percaya dan tidak percaya, fakta atau sekedar rekayasa rezim tertentu, namun ideologi komunisme tetaplah haram dan harus dibuang jauh-jauh dari negeri ini. Inilah fakta betapa lemahnya negeri ini dalam menyimpan arsip sejarah tentunya yang menjadi korbannya dalam hal ini adalah generasi muda hari ini. Tidak tahu sejarah tapi ngomongin sejarah, mudah menyalahkan tapi tak mau disalahkan. Mari baca dan luruskan kembali sejarah negeri ini secara utuh agar tak ada lagi yang terusik dengan fakta sejarah yang memang bersumber dari aslinya bukan rekayasa. Karena kita tahu orang-orang besar selalu suka dengan sejarah. Generasi yang tidak peduli sejarah akan kehilangan masa lalu dan masa depannya.

    Disebutkan dalam sebuah nasihat:

    ‏من لا يقرأ التاريخ يبقى أبد الدهر طفلا صغيرا

    “Siapa yg tidak membaca sejarah, maka akan selamanya tetap menjadi ‘anak kecil’.

    Berbicara sejarah maka tak lengkap jika kita kita membicarakan negeri yang kita cintai Indonesia. Bagaimanapun perjalanan panjang negeri ini tak lepas dari sejarah panjang yang mengiringinya. Tidak banyak yang tahu sejarah asli perjalanan dan perjuangan negeri ini khususnya generasi muda hari ini, generasi “millennial” katanya. Bagaimana tidak tahu ? karena generasi muda hari ini lebih sibuk dengan konten-konten recehnya daripada mencoba menghadirkan sebuah perubahan negeri ini dari virus-virus kerusakan baik akidah maupun moral. Yang lebih parah lagi banyak generasi muda hari ini yang tidak membaca sejarahnya sendiri justru mudah menyalahkan perjuangan dan pengorbanan para pendiri bangsa. Banyak fakta sejarah negeri ini yang terlupakan tak tercatat dalam buku-buku sejarah hari ini, bahkan yang lebih parah banyak fakta sejarah yang diputarbalikkan yang dampaknya sangat terasa di zaman ini. Jangan sampai generasi ini dzalim pada sejarahnya sendiri.

    Mempelajari sejarah merupakan ilmu yang agung. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau mengambil sejarah perjalanan orang-orang terdahulu, mengambil pelajaran bagaimana runtuh dan bangkitnya peradaban bangsa-bangsa terahulu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak lupa dengan sejarahnya sendiri. Sejarah merupakan cara suatu bangsa bangkit dari keterpurukan. Sejarah bukan untuk sekedar untuk ratapan atau kebanggaan semata, jika demikian maka bangsa tersebut bukanlah bangsa yang utuh.

    Padahal kita tahu dua per tiga isi Al-Quran bercerita tentang masa lalu. Kalau tidak begitu penting, mana mungkin kitab suci berisi kisah-kisah yang amat banyak? Masa depan kita akan menjadi lebih baik bila kita sanggup mengambil pelajaran kebajikan dan kebijaksanaan dari masa lalu.

    Tanpa sejarah, kita akan kesulitan mengkhayalkan (merumuskan) masa depan. Inilah yang diajarkan Al-Quran,

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ

    “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, hendaklah seseorang melihat apa yang telah berlalu untuk (merencanakan) hari esok.” (Al-Hasyr: 18).

    Simak penegasan Al-Qur`an seusai bercerita,

    تِلْكَ أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۖ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ ۖ وَلَا تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

    “Mereka itu umat-umat (terdahulu) yang sudah lewat. Bagi mereka apa yang telah mereka perbuat dan bagi kalian apa yang telah kalian perbuat. Kalian tidak akan ditanya tentang apa yang telah mereka lakukan.” (Al-Baqarah: 141).

    Ada sebuah nasihat penting yang disampaikan oleh Syaikh Mutwally Asy Syarawi, “Banyak manusia sibuk dengan menilik siapa sebenarnya Fir’aun di zaman Nabi Musa? Dan siapa sebenarnya Dzulqarnain itu? Dan banyak lagi permisalan lainnya…”

    “Aku ingin mengatakan kepada mereka, bahwa mereka tidak akan mendapatkan banyak hal dari pencarian itu karena Allah Subhanahu wataala telah mengisahkan kita sejarah tanpa begitu detail agar kita tahu: bahwa maksud kisah itu diceritakan adalah bukan semata tentang orang itu.”

    “Maksud dari kisah-kisah itu adalah hikmah yang dapat kita ambil…”Sejarah kalau memang dipelajari semuanya ya akan sangat banyak dan sangat detail. Banyak hal-hal yang sifatnya penghias saja yang malah kita jadikan bahasan utama.

    Syaikh Muhammad Al Ghazali pernah berkata, bahwa seharusnya kita membaca sejarah bukan untuk sekadar mengenang menangnya dan menangisi kalahnya. Beginilah harusnya cara yang tepat: belajar cara bagaimana MENANG, dan belajar sebab mengapa KALAH.

    Pentingnya umat Islam mengkaji sejarah peradaban Islam dan sejarahnya sendiri bukanlah suatu pilihan lagi, namun telah menjadi keharusan untuk menolak serangan kasar yang ditujukan kepada Islam dan kaum Muslimin. Agar umat islam tidak dibodoh-bodohin dengan fakta sejarah yang putarbalikkan. Jangan sampai ketidak tahuan umat islam pada sejarah negerinya sendiri menjadi alasan mundurnya kaum muslimin di negeri ini.

    Semoga kita diberikan kemampuan menyampaikan kebenaran, melenturkan lidah yang kelu, terhindar dari kejumudan dan kebekuan berpikir, dan berdakwah fii sabilillah untuk meninggikan agama ini, untuk mengungkapkan fakta-fakta sejarah yang hilang dari negeri ini.

    Bacalah sejarah dan hadirkanlah perubahan untuk negeri ini. Jadilah pelaku sejarah bukan hanya sekedar menjadi penonton sejarah. Bacalah sejarah negeri ini agar kita tahu betapa besar PR negeri ini meskipun sudah berpuluh tahun merdeka. Bacalah sejarang negeri ini agar tak mudah menyalahkan zaman. Tantangan negeri ini amatlah besar karena banyak oknum-oknum yang hendak menghancurkan negeri yang kita cintai. Bacalah sejarah dan carilah solusi negeri ini dari orang-orang terdahulu. Bacalah sejarah dan ceritakanlah pada anak-anak kita, jangan sampai generasi setelah kita lupa akan sejarahnya sendiri.

    Wa Allahu A’lam Bisshawab

    sumber :

    001. https://www.facebook.com/ikuttab/posts/1235906273580583

    #30DWC
    #30DWCJilid34
    #Day16

  • Jangan Mudah Melupakan Sejarah

    ‏من لا يقرأ التاريخ يبقى أبد الدهر طفلا صغيرا

    “Siapa yg tidak membaca sejarah, maka akan selamanya tetap menjadi ‘anak kecil’.

    “Jika kamu ingin memusnahkan sebuah peradaban; mulailah dengan menghilangkan memori sejarah mereka, lalu rusaklah bahasa dan budaya mereka, dan bangunlah dengan budaya baru di atasnya. Kemudian tulislah buat mereka sejarah lain yang bukan sejarah mereka. Jika sudah begitu, masyarakat tersebut akan lupa siapa diri mereka, dan koyaklah tonggak-tonggak peradabannya.”
    [Cordell Hull, Senator di Amerika Serikat]


    Begitu banyak sejarah umat ini yang “sengaja” dihilangkan agar umat ini tidak tahu bahwa umat ini pernah jaya dengan menghadirkan orang-orang besar. Coba cek perbendaharaan sejarah kita seputar kebesaran Islam, sangat sedikit yang mengupas tuntas nan detail kebesaran Islam. Sejarah sering mengupas kuil arena tapi tidak pernah membahas kebesaran masjid Qordoba. Dan masih banyak lagi kepingan sejarah umat ini yang terlupakan. Namun yang lebih parah dari semua itu jika umat ini tidak mau membuka dan membaca kembali sejarahnya sendiri. Jangan jadi penonton sejarah, tapa jadilah pelaku sejarah.

    Berbicara sejarah maka tak lengkap jika kita kita membicarakan negeri yang kita cintai Indonesia. Bagaimanapun perjalanan panjang negeri ini tak lepas dari sejarah panjang yang mengiringinya. Tidak banyak yang tahu sejarah asli perjalanan dan perjuangan negeri ini khususnya generasi muda hari ini generasai “millennial” katanya, yang justru sibuk dengan konten-konten recehnya , namun begitu ada masalah panik bukan kepalang saling menyalahkan sejarah. Banyak sejarah negeri ini yang terlupakan tak tercatat dalam buku-buku sejarah hari ini, bahkan yang lebih parah banyak fakta sejarah yang putarbalikkan yang dampaknya sangat terasa di zaman ini. Jangan sampai generasi ini dzalim pada sejarahnya sendiri.

    Mempelajari sejarah merupakan ilmu yang agung. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau mengambil sejarah perjalanan orang-orang terdahulu, mengambil pelajaran bagaimana runtuh dan bangkitnya peradaban bangsa-bangsa terahulu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak lupa dengan sejarahnya sendiri. Sejarah merupakan cara suatu bangsa bangkit dari keterpurukan. Sejarah bukan untuk sekedar untuk ratapan atau kebanggaan semata, jika demikian maka bangsa tersebut bukanlah bangsa yang utuh.

    Padahal kita tahu dua per tiga isi Al-Quran bercerita tentang masa lalu. Kalau tidak begitu penting, mana mungkin kitab suci berisi kisah-kisah yang amat banyak? Masa depan kita akan menjadi lebih baik bila kita sanggup mengambil pelajaran kebajikan dan kebijaksanaan dari masa lalu.

    Tanpa sejarah, kita akan kesulitan mengkhayalkan (merumuskan) masa depan. Inilah yang diajarkan Al-Quran, Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, hendaklah seseorang melihat apa yang telah berlalu untuk (merencanakan) hari esok. (Q.s. al-Hasyr [59]: 18).

    Simak penegasan Al-Qur`an seusai bercerita, Mereka itu umat-umat (terdahulu) yang sudah lewat. Bagi mereka apa yang telah mereka perbuat dan bagi kalian apa yang telah kalian perbuat. Kalian tidak akan ditanya tentang apa yang telah mereka lakukan. (Q.s. al-Baqarah [2]: 141).

    Ada sebuah nasihat penting yang disampaikan oleh Syaikh Mutwally Asy Syarawi, “Banyak manusia sibuk dengan menilik siapa sebenarnya Fir’aun di zaman Nabi Musa? Dan siapa sebenarnya Dzulqarnain itu? Dan banyak lagi permisalan lainnya…”

    “Aku ingin mengatakan kepada mereka, bahwa mereka tidak akan mendapatkan banyak hal dari pencarian itu karena Allah Subhanahu wataala telah mengisahkan kita sejarah tanpa begitu detail agar kita tahu: bahwa maksud kisah itu diceritakan adalah bukan semata tentang orang itu.”

    “Maksud dari kisah-kisah itu adalah hikmah yang dapat kita ambil…”Sejarah kalau memang dipelajari semuanya ya akan sangat banyak dan sangat detail. Banyak hal-hal yang sifatnya penghias saja yang malah kita jadikan bahasan utama.

    Mari tanyakan kepada diri sendiri, berapa banyak hafalan yang kita miliki? Seberapa besar hal itu berpengaruh terhadap hidup kita? Dan sudahkah kita mengamalkan ayat-ayat yang kita hafal?

    Sungguh merugi seseorang yang tidak mengambil pelajaran dari sejarah dan kisah-kisah orang sholeh. Janganlah sampai Al-Quran hanya dijadikan sebagai bacaan saja, namun lupa dalam pengamalan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

    لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

    Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (para Nabi dan umat mereka) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal (sehat). Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS. Yusuf; 111)

    Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahullah menjelaskan bahwa diantara manfaat memahami kisah-kisah tersebut adalah bisa menjadi sebab untuk meraih ridha Allâh Azza wa Jalla. Beliau rahimahullah berkata, “Termasuk hal yang paling jelas (manfaatnya dalam kebaikan) bagi orang-orang (beriman) yang memiliki pemahaman (yang benar) adalah (merenungkan) kisah-kisah orang-orang yang terdahulu maupun orang-orang jaman sekarang, (yaitu) kisah orang-orang yang taat kepada Allâh dan kemuliaan yang Dia berikan kepada mereka, serta kisah orang-orang yang durhaka kepada-Nya dan kehinaan yang Dia timpakan kepada mereka. Barangsiapa yang tidak bisa memahami kisah-kisah tersebut dan tidak dapat mengambil manfaat darinya maka (sungguh) tidak ada jalan (kebaikan) untuknya. Sebagaimana firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala:

    وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشًا فَنَقَّبُوا فِي الْبِلَادِ هَلْ مِنْ مَحِيصٍ

    Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)? (Qs. Qaaf: 36) [2]

    Pentingnya umat Islam mengkaji sejarah peradaban Islam bukanlah suatu pilihan lagi, namun telah menjadi keharusan untuk menolak serangan kasar yang ditujukan kepada Islam dan kaum Muslimin. Semoga kita diberikan kemampuan menyampaikan kebenaran, melenturkan lidah yang kelu, terhindar dari kejumudan dan kebekuan berpikir, dan berdakwah fii sabilillah untuk meninggikan agama ini.Bacalah sejarah dan hadirkanlah perubahan untuk negeri ini. Jadilah pelaku sejarah bukan hanya sekedar menjadi penonton sejarah.

    Bacalah sejarah negeri ini agar kita tahu betapa besar PR negeri ini meskipun sudah berpuluh tahun merdeka. Tantangan negeri ini amatlah besar karena banyak oknum-oknum yang hendak menghancurkan negeri yang kita cintai. Bacalah sejarah dan carilah solusi negeri ini dari orang-orang terdahulu. Bcalah sejarah dan ceritakanlah pada anak-anak kita, jangan sampai generasi setelah kita lupa akan sejarahnya sendiri. JASMERAH (JANGAN SEKALI-KALI MELUPAKAN/MENINGGALKAN SEJARAH)..

    Wa Allahu A’lam Bisshawab

    sumber :

    001. https://www.facebook.com/ikuttab/posts/989064261598120

    002. https://www.facebook.com/ikuttab/posts/969208203583726

    #30DWC
    #30DWCJilid34
    #Day15

  • Jangan Ikut-Ikutan Trend Kebaikan

    Kalimat yang sangat terkenal dari kalimatnya Abdullah bin Mas’ud. Nisbatnya ke Nabi didhaifkan ke para Ulama. Bahwa, Abdullah bin Mas’ud R.A mengatakan : “Kalian tidak boleh ikut-ikutan.”

    Apa ikut-ikutan itu? Kalau orang baik kita ikut baik, tapi kalau orang rusak kita juga ikut rusak.

    Enggak mandiri.

    Nah ini, orang beriman itu tidak ikut-ikutan. Sebenarnya kalimat ini ada yang menarik. Kalau tidak boleh ikut-ikutan jelek, itu semua sepakat. Tapi, kalimat pertamanya kan bukan kalimat jelek. Kalimat pertamanya yang dimaksud ikut-ikutan, kalau orang baik kamu ikut baik.

    Mosok ikut baik enggak boleh ?

    Kata Abdullah bin Mas’ud jangan lakukan itu, mengapa ? Karena baikmu cuman ikut-ikutan. Kalau namanya ikut-ikutan itu Trend. Makanya, mohon melakukan kebaikan itu bukan dengan trend. Tapi memang ini konsep, ini Manhaj, ini Syari’at. Contoh : Menghafal Al-Qur’an.

    Masya Allah, itu kebaikan, itu kemuliaan, tidak diragukan. Tapi kalau itu trend, bahaya.

    Tapi kalau itu Manhaj, itu konsep, itu luar biasa !. Karena kalau yang trend pasti segera hilang. Abdullah bin Mas’ud sudah berpesan jangan melakukan itu. Itu cuma ikut-ikutan begitu, enggak lama akan hilang.

    Meskipun terdapat sanggahan yaa itu lumayan.

    Naah itu, justru lumayan itu tidak selalu menarik. Coba kalau baca Al-Qur’an sehari kan lumayan. Tapi kalau kebaikan itu cuman ikut-ikutan itu bukan konsep.

    #30DWC
    #30DWCJilid34
    #Day14

    Sumber :

  • Hikmah Kisah Nabi Yusuf A.S

    Bukankah kalau diikuti pelajaran Yusuf dalam Surat Yusuf itu menyakitkan ?

    Diiriin saudara itu enggak enak. Sudah begitu ditipu oleh saudaranya. Diajak main ternyata dibuang ke sumur. Alhamdulillah untungnya ada pedagang yang lewat, kemudian diambil. Alhamdulillah ada harapan baik, diselamatkan orang, kalau tidak bisa mati di dalam sumur. Sesudah diselamatkan, ternyata malah dijual menjadi budak.

    Subhanallah. Dari masalah muncul masalah berikutnya, masalah datang masalah pergi.

    Begitu sudah menjadi budak, dibeli oleh orang istana. Orang kaya raya, orang terhormat di Mesir. Alhamdulillah nyaman. Dijadikan anak. Nyaman bukan ? Ternyata malah terkena fitnah di istana dan masuk penjara.

    Subhanallah.

    Semuanya pahit hidup Yusuf dari depan semua pahit. Tapi kalau tidak ada yang pahit, Yusuf tidak sampai ke Mesir, betul ? padahal kebesaran Yusuf di Mesir.

    Ambillah ini sebagai pelajaran mahal hari ini.

    Orang kalau hidupnya susah, dari masalah ke masalah, datang masalah belum selesai muncul masalah berikutnya, harapan sedikit muncul masalah berikutnya, kenapa kita tidak mencoba memahami kisah Yusuf, menurut Atha bin Abi Rabah Rahimullah, kalau ada membaca kisah Yusuf ketika sedih, anda Bahagia.

    Ambil itu pelajarannya. Anggaplah semua kesulitan ini, semua masalah kita ini, harga yang harus kita bayar, untuk kebesaran yang kita tidak tahu dimana kebesaran itu nantinya.

    Jadi hilang sedihnya kan ?

    Tidak apa-apa ya Allah, aku tahu dibalik ini ada kebesaran. Kalau memang ini harganya, kalau memang ini bayarannya, aku bayar ya Allah.  

    #30DWC
    #30DWCJilid34
    #Day13

    sumber :

  • Pahamilah Keunikan Anak-Anak Kita

    Sejauh tulisan ini ditulis oleh penulis, penulis belum memiliki istri dan anak, ini sebagai pengingat penulis bahwa penulis perlu melakukan ini ketika memiliki anak

    PAHAMILAH KEUNIKAN ANAK-ANAK KITA…

    Saat kita mengamati anak-anak kita, tampak bahwa kemampuan mereka variatif dan cara masing-masing dari mereka unik. Banyak di antara kita yang salah dalam menangani kemampuan tersebut dan tidak memperhatikan keunikannya. Lalu kita memperlakukan mereka dengan cara yang sama dan memaksa mereka untuk menjalani semua yang menjadi tradisi di masyarakat.

    Hasil dari pendidikan seperti ini adalah generasi peniru” yes man” kehilangan karakter individu karena harus menyarakan dirinya dengan orang lain. Kita para orang tua menanggung dosa karena telah membunuh ruh inisiatif yang mereka miliki, bahkan kita telah merusak rasa kemerdekaan dan kebebasan mereka.

    Kapankah kita akan bertaubat dari kesalahan memperlakukan semua anak dengan cara yang sama. Padahal kita tahu bahwa setiap anak memiliki karakter, kemampuan dan tingkat kesiapan yang berbeda?

    Keunikan Setiap Manusia adalah Sunnatullah

    Seorang ibu melaporkan bahwa ia sangat kagum pada salah seorang anaknya yang sangat rajin belajar, bahkan mengungguli seluruh teman sekolahnya. Sementara saudaranya sama sekali tidak peduli dengan pelajaran dan sama sekali tidak berusaha untuk belajar!!

    Sebagian ayah ada yang diberi nasehat oleh teman-temannya tentang pendidikan, intinya adalah ia harus meniru cara mereka dalam mendidik anak-anaknya, agar anak-anaknya bisa berprestasi seperti anak-anak mereka! Apakah karakter manusia sama atau setiap orang memiliki karakter sendiri??

    Tidak diragukan lagi bahwa kepribadian manusia sangatlah unik, semuanya sama sekali berbeda dalam perbuatan, sifat dan kepribadian. Tidak ada dua orang di dunia ini baik anak-anak atau orang dewasa bahkan antara saudara memiliki kemampuan, mental dan bakat yang sama.

    Anak-anak kita bukanlah pengecualian. Karakter mereka berbeda satu sama lain. Apabila kita memahami hakikat ini maka janganlah kita berusaha menyamakan mereka dalam pelajaran dan pekerjaan.

    Sungguh merupakan sunnatullah, manusia diciptakan berbeda dan bukan fotokopian dari orang lain. Ia menciptakan manusia berbeda dalam semua hal. Maka tidak ada dua orang yang sama dalam segala hal, meskipun mereka anak kembar.

    Itulah perbedaan. Setiap dua orang pasti berbeda dengan orang lain secara fisik dan karakter, bahkan meskipun terjadi persamaan dalam bentuk fisik, maka jiwa dan karakter mereka tidak mungkin sama.

    Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan manusia dengan karakter yang berbeda karena ada hikmahnya, yaitu agar kehidupan lebih berwarna dan tidak monoton. Kehidupan manusia memiliki banyak sisi dan ruang yang luas, yang membutuhkan berbagai macam karakter, agar manusia mampu menjalankan perannya sebagai khalifah pada setiap tempat dan sisi.

    Keunikan ini telah ditegaskan dalam hadits Rasulullah Shallallahu alai wasallm ,

    إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جَمِيعِ الأَرْضِ ، فَجَاءَ بَنُو آدَمَ عَلَى قَدْرِ الأَرْضِ : جَاءَ مِنْهُمُ الأَحْمَرُ ، وَالأَبْيَضُ ، وَالأَسْوَدُ ، وَبَيْنَ ذَلِكَ ، وَالسَّهْلُ ، وَالْحَزْنُ ، وَالْخَبِيثُ ، وَالطَّيِّبُ

    “Sesungguhnya Allah menciptakan nabi Adam dari segenggam tanah dari seluruh bagian bumi. Kemudian anak keturunan Nabi Adam datang dari bagian-bagian bumi tersebut, di antara mereka ada yang berwarna merah, hitam dan diantara mereka juga ada yang lapang, sedih, kurang baik dan baik.” (Abu Daud Sulaiman as-Sijistani, Sunan Abi Daud, jus 4 hal 222).

    Dari hadits di atas jelaslah perbedaan-perbedaan tabiat antar individu. tergantung komposisi tanah darimana ia diciptakan.

    Perlu ditegaskan di sini konsep islam tentang diri manusia, konsep yang tidak ada kaitannya dengan doktrin, teori atau istilah-istilah kemanusiaan. Konsep yang tiada duanya, karena konsep ini berdiri di atas manhaj Islam, yaitu satu-satunya konsep Allah yang mengetahui jiwa perbuatan manusia,

    أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُApakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui? (Al-Mulk: 14)

    Maka dari itu seorang pendidik yang cerdas harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individu antara anak-anaknya. Sebagaimana diwasiatkan Ibnu Maskawaihi, “Hendaknya engkau memperhatikan perilaku anak-anak dan kesiapan mereka untuk menerima atau meninggalkan sebuah adab, sebagian mereka ada yang kurang rasa malu, ada juga yang sangat pemalu, ada yang dermawan, pelit, pengasih, kasar, iri, dan berbagai tingkatan sifat. Mereka berbeda dalam menerima nilai-nilai yang mulia. Anda sebagai pendidik harus memahami bahwa mereka tidak sama. Ada yang mudah menerima, ada yang sulit, pertengahan dan berbagai tingkatan yang tidak terhitung jumlahnya.”

    Inilah konsep dalam memahami keunikan manusia. Karena itu keunikan anak-anak kita adalah cara terbaik untuk melahirkan individu yang mandiri dan merdeka yang memiliki inisiatif sendiri dalam berpendapat dan bekerja, bkan karena terpaksa atau ikut-ikutan. Adalah suatu kesalahan berusaha membentuk diri mereka seperti diri kita.

    Kita harus ingat bahwa keharmonisan hanya akan terjadi antara kita dan anak-anak kita jika kita memperlakukan mereka sebagai individu yang merdeka yang memiliki kepribadian. Sebagian dari kita boleh jadi pernah berbuat salah karena telah berusaha membuat anaknya menjadi duplikat dirinya, tetapi tidak ada yang ia dapatkan dari mereka selain pembangkangan dan penolakan. Penolakan terjadi karena apa yang diinginkan anak yang sedang puber yaitu kebebasan dan menunjukkan jati dirinya berbeda dengan kemauan keluarganya yang tidak suka hal itu. Dalam pepatah disebutkan, “hak-hak yang dilupakan menimbulkan pembangkangan.”

    Wa Allahu A’lam Bisshawab

    REFERENSI:Sentuhan jiwa untuk anak kita, Dr. Muhammad Muhammad Badri.

    #30DWC
    #30DWCJilid34
    #Day12

  • Kriteria Suami Setegar Pilar

    Perlu diberitahukan, bahwa saya menulis ini juga untuk bekal saya menjadi suami kelak

    Ini benar-benar kunci keutuhan dan kebahagiaan rumah tangga. Jika suami istri memegang kuat-kuat konsep An Nisa’: 34, maka itulah jaminan berlayarnya bahtera tanpa masalah berarti walau ombak bisa menggulung setinggi gunung. Tetapi jika sebaliknya, yang terjadi adalah ketidaknyamanan terus menghantui sejak di pelabuhan pertama hingga sampan mulai dikayuh. Apalagi ketika langit mulai gelap.

    Ayat ini sudah dilupakan oleh banyak keluarga muslim. Sehingga para suami kehilangan kendali kepemimpinan dan kelayakannya sebagai pendidik. Pelan tapi pasti, kewibawaan suami menghilang hingga hampir-hampir sirna. Bahkan telah ada yang sirna. Tak ada lagi sorot mata berwibawa penuh makna yang tak perlu mengeluarkan instruksi tetapi telah dipahami istri dan dilaksanakan.

    Sementara itu, istri mulai mendesak masuk ke wilayah laki-laki. Kekekaran dan keperkasaan perlahan mulai terlihat jelas. Lama-lama, istri tak lagi memerlukan suami. Karena ia bisa melakukan semuanya, tanpa suami. Suami hanya sesosok wayang yang tak bergerak. Hanya ketika diperlukan, suami dirasakan kehadirannya. Tetapi sering kali suami hanya pelengkap, mungkin penderita. Tak ada lagi kekaguman, keterkaitan, kewibawaan suami di hati istri.

    Jika seperti itu keadaan kebanyakan keluarga hari ini, bukankah sangat wajar ketika rumah tangga retak dan kemudian rata dengan tanah. Maka, ayat ini perlu digali sedalam-dalamnya. Baik bagi yang sedang menimbang calon, ataupun yang mulai melangkah, hingga bagi para orangtua yang sedang memilih menantu, sampai mereka yang tengah sibuk mendidik anak laki-laki.

    Untuk itulah, mari kita pandangi dalam-dalam ayat ini dengan petunjuk para ulama. Kita mulai dari kriteria laki-laki yang akan membawa bahtera menuju pasir putih pantai harapan.

    الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

    “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah me-lebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”. (QS. An Nisa’: 34)

    Ayat ini menggabungkan banyak kata penguat yang menegaskan dengan setegas-tegasnya bahwa laki-laki harus benar-benar memiliki sifat kepemimpinan dan pendidik sejati.

    Kata-kata penguat itu adalah ( بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ) , قَوَّامُونَ), ( عَلَى ) )Setidaknya ketiga kata beruntun itu menguatkan bahwa menjadi suami harus benar-benar dengan fungsi sebagai suami.

    (قَوَّامُونَ)

    Di mana kalau hanya ada satu kata ini saja di ayat ini, cukuplah menunjukkan posisi seorang suami. Apalagi kata ini berbentuk shighoh mubalaghoh (bentuk kata yang menunjukkan lebih) dan ada dalam jumlah ismiyyah (bentuk kalimat yang mengedepankan kata benda dan bukan kata kerja).

    Keduanya menunjukkan: mendasarnya dan mengakarnya laki-laki dalam sifatnya sebagai Qawwam. (lihat Ruhul Ma’ani karya Syihabuddin Mahmud Al Alusy)

    (عَلَى)

    dalam Bahasa Arab disebut huruf. Salah satu fungsinya adalah al isti’la’ (untuk menunjukkan posisi tinggi). Dengan ini semakin jelas bahwa suami harus dalam posisi tinggi karena dialah pemimpinnya. Tentu pemimpin yang baik bukan tinggi yang tak dapat digapai. Tetapi tinggi yang tetap memperhatikan landasan.

    (بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ)

    (dikarenakan Allah telah melebihkan.) Kalimat ini bukti kuat bahwa pembahasan keluarga bukan hal sepele.Allah langsung memberi petunjuk-Nya yang sangat jelas. Kelebihan yang diberikan kepada laki-laki itu langsung dari Allah. Amanah besar bagi laki-laki untuk menjadi laki-laki. Itu artinya, bahwa setiap laki-laki telah dibekali pada dirinya sifat kepemimpinan dan sebagai pendidik bagi wanita. Kalaupun hilang, pasti dikarenakan kesalahan dirinya sendiri yang tentu dipengaruhi banyak faktor.

    Dua Hal yang Wajib Ada Pada Laki-Laki

    Sekali lagi bagi siapapun yang hendak memilih pasangan atau telah menjalani rumah tangga atau sedang memilih menantu atau sedang mendidik anak laki-lakinya, dua hal berikut ini adalah merupakan syarat untuk seorang suami memiliki Qowamah dalam keluarganya:

    1. بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ

    “Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita)

    Ya, KELEBIHAN. Kata umum yang harus mencakup segala bentuk kelebihan. Memang tidak ada lelaki sempurna yang mempunyai kelebihan di semua hal. Kalau dia punya kelebihan pada beberapa hal, sangat mungkin lemah di bidang yang lain. Tapi setidaknya, kelebihan di dalam hal-hal yang menopang kepemimpinan dan perannya sebagai pendidik, harus dimilikinya.

    Seperti yang dijelaskan oleh Al Biqa’i:

    “Yaitu (kelebihan) pada AKAL, KEKUATAN dan KEBERANIAN. Untuk itulah dari kaum laki-laki lah, adanya para Nabi, para pejabat , pemimpin tertinggi , para wali dalam pernikahan. Dan segala bidang yang memerlukan kekuatan badan, akal dan agama. Untukitulah Allah berfirman kepada laki-laki:(Berangkatlah (berjihad) kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat) At Taubah: 41. Dan Dia berfirman kepada wanita: (Dan menetaplah kamu di rumahmu) Al Ahzab:33”. (Nadzmud Durar fi tanasub al Ayat wa as Suwar).

    Kelebihan ini menurut Al Biqa’i bersifat mauhibah (anugerah Allah secara fitrah). Jadi, semakin jelas bahwa secara penciptaan, laki-laki pasti lahir dengan diberikan kelebihan pada akal, kekuatan dan keberanian. Hilangnya ketiga hal tersebut, seiring sejalan dengan salah asuh dan didikan.

    2. وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

    (Dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka).

    Ya, NAFKAH. Ayat ini, lebih menyoroti nafkah lahir yaitu harta. Karena selama seorang laki-laki sehat, nafkah batin tak perlu dibahas panjang lebar. Tetapi ada laki-laki yang siap menafkahi batin, ternyata terlalu menyederhanakan nafkah lahir.

    Kehilangan tugas memberi nafkah harta bagi keluarga, artinya kehilangan kepemimpinan.

    Jika kelebihan di poin satu disebut oleh Al Biqa’i sebagai kemampuan mauhibah, maka poin dua ini disebut sebagai kemampuan kasbi (diusahakan dan bukan bawaan) .

    Dengan demikian, seorang laki-laki harus menjaga anugerah bawaan (fitrah)nya sebagai laki-laki. Dan laki-laki pun harus berupaya sekuat tenaga untuk mendatangkan nafkah bagi keluarganya harta, sebatasUntuk kewajiban memberikan nafkah kemampuan maksimalnya. Tidak mesti harus banyak. Sebagaimana firman Allah,

    وَمَتِّعُوهُنَّ عَلَى الْمُوسِعِ قَدَرُهُ وَعَلَى الْمُقْتِرِ قَدَرُهُ مَتَاعًا بِالْمَعْرُوفِ ۖ حَقًّا عَلَى الْمُحْسِنِينَ

    “Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut. Yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S.Al Baqarah: 236)

    Hal yang paling penting adalah tanggung jawab penuh seorang laki-laki dalam mencari nafkah. Toh, semuanya masih terbuka peluang untuk berubah lebih baik. Nabi menyebut Muawiyah sebagai orang yang miskin tak punya harta. Tetapi di kemudian hari setelah Rasul wafat, Muawiyah adalah pemimpin besar muslimin yang memiliki banyak harta.

    KELEBIHAN dan NAFKAH, adalah dua sejoli yang harus ada kedua-duanya, terpatri pada diri laki-laki. Barulah ia layak disebut sebagai pemimpin dan pendidik. Yang dengan nahkoda seperti ini, rumah tangga akan sangat terjaga perjalanannya.

    Namun, jika hilang salah satunya atau bahkan keduaduanya, maka otomatis tercabutlah Qawamah dari pundak suami. Dan rumah menjadi bahtera tanpa nahkoda. Na’udzubillah…

    REFERENSI:Kemanakah ku labuhkan hati ini, Ustadz Budi Ashari, Lc. Pustaka Nabawiyyah hal. 16

    #30DWC
    #30DWCJilid34
    #Day11

  • Kumpulan Pertanyaan Receh

    1. Apakah betul kalau pak selamat kalau pindah ke Inggris jadi Sir Congratulations ?
    2. Apa benar kalau kepiting dipotong menjadi kepotong ?
    3. Gendang telinga apakah masuk kategori alat musik ?
    4. Belut listrik kalau kesetrum, mati atau makin jago belutnya ?
    5. Kacang kalau nempel di baju apakah bisa jadi kancing ?
    6. Emang iya kalau bebek tidur jadi bobok ?
    7. Apa benar lalat kalau lambat jadi lelet ?
    8. Kalau sapu dikasih makan apakah menjadi sapi ?
    9. Apakah kalau nasi goreng dikasih duit akan menjadi nasi girang ?
    10. Kalau makan kue cubit apakah membuat kita sakit ?
    11. Kalau beli jam dinding, kok cuma dapet jam saja, dindingnya kemana ?
    12. Di tempat cuci motor apakah bisa sekalian cuci otak ?
    13. Kenapa drum dipukul ? padahal dia enggak salah
    14. Kalau kura-kura berfikir apakah menjadi kira-kira ?
    15. Apa benar landak kalau durinya hilang jadi landai ?
    16. Tulang rawan kalau dijaga polisi apakah bisa aman ?
    17. Obat tidur kalau dikagetin apakah bakal bangun ?
    18. Tau planet saturnus ? itu dikasih cincin pas lagi sayang sayangnya
    19. Kenapa beli sapu tangan yang dikasih enggak sapu dan tangan ?
    20. Kenapa pisang hanya punya jantung enggak punya hati ?
    21. Kenapa es bisa mencair ? apakah sebelumnya sempat digombalin ?
    22. Apakah di pasar induk jual induk buaya ?
    23. Apa benar kalau matahari dikasih paracetamol panasnya bisa turun ?
    24. Apakah ikan sapu-sapu bisa diminta nyapu ?
    25. Suku cadang berasal dari daerah mana ?
    26. Pancing emosi pakai umpan apa ya ?
    27. Kenapa kita dilarang makan engsel pintu ?
    28. Bahasa inggrisnya ikan sapu2 apakah Cleaning Share Fish ?
    29. Kalau soto bisa pakai daging sapi, terus kalau coto apakah pakai daging capi ?
    30. Kencing manis itu kencingnya pakai gula pasir atau gula aren ?
    31. Kalau ada kuntilanak, kenapa g ada kuntilibu, kuntilbapak, kuntilkakek, kuntilnenek ?
    32. Kalau golongan darah B belajar terus bakal jadi golongan darah A enggak ?
    33. Sabun mandi tuh mandinya bagaimana ya ?
    34. Kenapa cicak suka mutusin ekor ? Kan bisa dibicarakan baik2
    35. Orang yang kentut disebut apa ? Apakah pelaku atau pengedar ?
    36. Apa bener ikan kembung itu gara2 kelamaan dalam air, jadi masuk angin ?
    37. Keong kalau sudah kawin, apakah rumahnya masih sendiri-sendiri ?
    38. Tulang kering kalau disiram air bakal jadi tulang basah kah ?
    39. Apa bener kalau makan nasi perutnya jadi sawah ?
    40. Kenapa ya beli gorengan dikasih cabe tapi beli cabe enggak dikasih gorengan ?
    41. Apa betul bakteri jahat di dalam usus, kalo kita nasehatin bisa jadi bakteri baik ?
    42. Apa benar jamur kuping bisa mendengar omongan tetangga ?
    43. Beda nya kepala cacing dan ekor cacing itu apa ya ?
    44. Asam urat dan Asam lambung lebih asam mana ?
    45. Apakah semut api bisa dipakai untuk memasak ?
    46. Biru tua pas mudanya itu ngapain aja ?
    47. Apakah pernah mendengar jantung pisang deg2an ?

    #30DWC
    #30DWCJilid34
    #Day10

    Dari berbagai sumber

Design a site like this with WordPress.com
Get started