Lemma Zorn dan Pembuktian Keberadaan Tuhan, Sebuah Catatan Kritis

Lemma Zorn berbunyi : Jika adalah suatu poset dan setiap rantai didalamnya mempunyai batas atas maka mempunyai elemen maksimal.

Lemma Zorn berkata bagaimana suatu poset mempunyai elemen maksimal, menurut lemma zorn suatu poset akan mempunyai elemen maksimal jika setiap rantai didalamnya mempunyai batas atas

Pembuktiaan keberadaan Tuhan

Nah yang menarik dari lemma zorn, kita bisa membuktikan keberadaan Tuhan dengan menngunakan Lemma ini. Pertama-tama kita definisikan relasi terurut sebab-akibat jika penyebab dari , atau dengan kata lain adalah akibat dari kemudian kita asumsikan 2 hal berikut :

  1. Alam semesta ini bisa dianggap sebagai alam semestanya himpunan karna semua objek empiris, semua objek sains termuat di alam semesta
  2. Semua rantai kejadian di alam semesta mempunyai penyebab umum

Jika kita sependapat dengan 2 hal tersebut  maka menurut lemma zorn, alam semesta ini mempunyai elemen maksimal. Jika kita anggap elemen maksimal dari alam semeta sebagai maka menurut definisi dari elemen maksimal tidak ada satupun di alam semesta dimana , itu artinya bukan lah akibat dari semua hal di alam semesta ini, Kita semua percaya di alam semesta ini berlaku hukum sebab- akibat tetapi menurut lemma zorn ada suatu yang diluar dari hukum sebab akibat. Pertanyaannya adalah apakah itu ? bisakah kita artikan sebagai Tuhan ? Answer Yourself

Catatan Kritis

Apa yang menyebabkan pembuktian ini meskipun benar secara matematika, tetapi tetap bermasalah ? Karena pembuktian matematika ini hanya mengarahkan pada sesuatu yang memiliki sifat singularity , bukan tauhid. Perbedaannya sangat jauh.

Kalau hanya Tuhan yang satu, itu artinya Monotheisme ( Bisa jadi bukan Allah SWT ). Tetapi kalau Tauhid, Tuhan yang hanya dan hanya satu yaitu Allah SWT.

Bagaimana bisa supaya betul betul meyakini bahwa Tuhan adalah Allah SWT? Dengan menggunakan sumber ilmu pengetahuan yaitu khabar shadiq ( kabar yang benar ). Tentu di tulisan ini tidak dibahas betul lebih detil mengenai khabar shadiq.

Ilmu yang bersifat Dzon (Prasangka) sangat mungkin dibantah dan dibatalkan oleh ilmu atau penelitian berikutnya atau yang lainnya. Sementara sifat ilmu Qoth’iy (Yaqiny) tidak ada pertentangan dan benturan di dalamnya dan tidak mungkin ada ilmu berikutnya yang membatalkan kebenarannya.

Karenanya salah satu ilmu yang Qothiy adalah Al Quran Al Karim. Karena Al Quran dalam keyakinan orang beriman tidak mungkin ada keraguan di dalamnya apalagi ada yang membatalkan kebenarannya. Dalam bukti yang telah berjalan 15 abad sejak diturunkan dan telah melewati berbagai zaman, terbukti tidak ada satupun ilmu yang bisa membuktikan bahwa salah satu ayatnya salah.

Bahwa ilmu dzonny bersifat tak mencapai tingkat yakin. Artinya, ketika ada keyakinan yang datang maka sangat mudah jatuh ilmu tersebut. Padahal bisa jadi ilmu itu telah diedarkan ke seluruh dunia dan telah menjelma menjadi teori-teori berikutnya kemudian telah melahirkan berbagai bangunan megah, sistem, kebijakan dunia dan sebagainya. Ketika telah sebesar dan seluas itu, maka tentu tak semudah membalik telapak tangan untuk menerima keyakinan yang datang. Apalagi bagi para pecundang, atau para pemain pragmatis, oportunis, atau dengan bahasa yang lebih jelas kafirin dan munafikin.

Ilmu Dzonny hanya lebih tinggi sedikit dibandingkan keraguan. Itulah mengapa Al Quran yang sering mengkritik peradaban orang-orang kafir yang berbasis Dzon berkata,

وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلَّا ظَنًّا إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ

“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan (dzon) saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Qs. Yunus: 36)

Itu artinya, sehebat apapun peradaban berbasis dzon tidak akan pernah sampai pada kebenaran sesuatu. Ketika mereka menanam dan mengurusi lingkungan tak pernah sampai pada kebenaran. Ketika mereka mengurusi pendidikan dan keluarga tak pernah sampai pada kebenaran. Ketika mereka memimpin dengan semua teori politik dan kepemimpinan tak pernah sampai pada kebenaran. Ketika mereka mengelola kesehatan tak pernah sampai pada kebenaran. Ketika mereka menampung keuangan umat tak pernah sampai pada kebenaran. Ketika mereka menemukan teknologi tak pernah sampai pada kebenaran. Tak pernah sempurna dan tak bisa bahkan sekadar meniru peradaban Islam yang telah lewat.

Lebih jauh, bagaimana kita menyikapi pembuktian Tuhan melalui Lemma Zorn ini?

Menurut Hamid Fahmy Zarkasyi dalam buku yang berjudul Islamic Science Paradigma, Fakta & Agenda, dalam kesimpulan tulisan yang berjudul Islamic Worldview Sebagai Paradigma Sains Islam, dalam mengadapsi konsep-konsep dari suatu konsep inti (worldview) dan kebudayaan asing diperlukan proses epistemologis untuk mengislamkannya. Meskipun demikian posisi konsep pinjaman tidak bisa menjadi lebih dominan dan ilmu dalam Islam lahir dari pandangan hidup Islam dan bukan dari pandangan hidup atau kebudayaan lain. Secara singkatnya kita membaur dengan konsep inti (worldview) lain tetapi tidak melebur.

#30DWC
#30DWCJilid34
#Day20

referensi :

001. https://nursatria.com/2009/03/09/lemma-zorn-dan-pembuktian-keberadaan-tuhan/

002. https://www.youtube.com/watch?v=64r80QEX6Wo&t=2s

003. https://www.arrahmah.id/generasi-zabad-peradaban-dzon/

004. Islamic Science Paradigma, Fakta & Agenda. 2016. INSISTS. Zarkasyi, Hamid Fahmy, et all.

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started